1.Rendang
Rendang atau randang adalah masakan
daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan
rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan
santan kelapa.
Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam)
hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang
dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu
yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio,
berwarna coklat terang keemasan.
Asal usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya
Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan
telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat
dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah
lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni
memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya;
mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di
Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan
Universitas Andalas,
Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke
Malaka
untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati
sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat
saat itu sebagai bekal.” Hal ini karena rendang kering sangat awet,
tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal
kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti
Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat
Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu
musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, yaitu:
1. Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
2. Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
3. Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
4. Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap seremoni adat, seperti berbagai
upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi
Melayu, baik di
Riau,
Jambi,
Medan atau
Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri
khitanan,
ulang tahun,
pernikahan,
barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti
Idul Fitri dan
Idul Qurban.
https://id.wikipedia.org/wiki/Rendang
2. soto betawi
Soto Betawi merupakan
soto yang populer di daerah
Jakarta. Seperti halnya
soto Madura dan
soto sulung, soto Betawi juga menggunakan
jeroan. Selain jeroan, seringkali organ-organ lain juga disertakan, seperti
mata,
terpedo, dan juga
hati.
Daging sapi juga menjadi bahan campuran dalam soto Betawi. Kuah soto
Betawi merupakan campuran santan dan susu. Kedua campuran inilah yang
membuat rasa soto Betawi begitu khas.
Istilah soto Betawi hadir dalam
kuliner
masakan Indonesia sekitar tahun 1977-1978, namun bukan bearti tidak ada
soto sebelum tahun tersebut. Yang memopulerkan dan yang pertama memakai
kata soto Betawi adalah penjual soto bernama
Lie Boen Po di THR Lokasari / Prinsen Park, tentunya dengan ciri khas cita rasa sendiri.
Banyak penjual soto pada masa tahun-tahun tersebut, biasanya menyebut
dengan soto kaki Pak "X" atau sebutan lainnya. Istilah soto Betawi mulai
menyebar menjadi istilah umum ketika penjual soto tersebut tutup
sekitar tahun 1991.
https://id.wikipedia.org/wiki/Soto_Betawi
3. sayur babanci
Sayur Babanci atau Ketupat Babanci adalah salah satu kuliner ikonik khas
Betawi yang kini mulai langka. Kelangkaan ini disebabkan karena bahan dan
rempah-rempah untuk membuat sayur ini sudah sulit ditemukan di
Jakarta.
Dinamakan Sayur Babanci karena sayur ini tidak jelas jenisnya, bahkan
tidak bisa dikategorikan sebagai sayur karena tidak ada campuran sayur.
Karena sulit mendapatkan bahan-bahannya, kini warga Betawi biasanya
menyajikan sayur ini hanya pada hari -hari besar keagamaan sebagai menu
keluarga, seperti buka puasa, Hari Raya
Idul Fitri, dan Hari Raya
Idul Adha.
Sayur Babanci atau Ketupat babanci sejatinya bukanlah sayur—bahkan tidak
ada sayurnya sama sekali. Konon, nama babanci diambil dari “perilaku”
sayur ini yang tidak jelas kelaminnya alias banci;
gulai tidak,
kare tidak,
soto
juga tidak. Beberapa orang juga meyakini bahwa nama babanci diambil
dari perpaduan antara babah dan enci yang disinyalir makanan ini dulunya
dibuat oleh para peranakan
Betawi-
Tionghoa.
Karena hanya dari golongan mandor dan tuan tanah saja yang bisa
menghadirkan makanan ini pada hari raya. Secara umum, Sayur Babanci atau
Ketupat babanci rasanya menyerupai
gulai yang sangat dominan di aroma dan rasa
rempah yang kuat.
Lazimnya kuliner Betawi pada umumnya, ketupat babanci juga mencermikan karakter masyarakat
Betawi
yang jenaka dan nyleneh. Nama babanci, selain dianggap tidak
berkelamin, ada juga yang beranggapan bahwa ketupat ini dulu adalah
penganan favorit para banci atau waria. Hidangan sayur babanci kini
mulai sulit ditemukan dan hanya ada pada acara-acara besar saja
misalnya, hari ulang tahun kota
Jakarta, bazar, atau pesta kuliner yang hanya diadakan setahun sekali.
[
https://id.wikipedia.org/wiki/Sayur_Babanci
4.Soto tangkar
Soto Tangkar adalah
makanan Betawi. Nama tangkar sendiri adalah sebutan untuk
iga sapi dalam
bahasa Betawi pada zaman
penjajahan Belanda dan sampai sekarang masih dipergunakan, meskipun sudah jarang diketahui oleh generasi saat ini.
Menurut sejarahnya, pada zaman penjajahan Belanda, ketika para meneer
belanda akan mengadakan pesta, mereka biasanya memotong sapi untuk pesta
tersebut.
Para meneer akan menyisahkan bagian-bagian tertentu dari sapi yang
dipotong untuk diberikan kepada para pekerja diantaranya adalah, bagian
kepala, bagian dalam (
paru-paru,
usus,
babat,
dll.) serta iga. Oleh para pekerja tersebut bagian-bagian itu diolah
menjadi makanan yang beragam dan salah satu bagian yaitu iga diolah
menjadi makanan yang khas, iga tersebut direbus atau dimasak selama
kurang lebih dua jam, setelah itu dimasukkan
bumbu atau
rempah-rempah, seperti
kunyit,
lada, daun
sereh,
daun salam dan
santan kelapa. Maka jadilah makanan yang berkuah yang disebut Soto Tangkar.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi hanya mampu membeli
tangkar berupa potongan iga yang berdaging sedikit, karena bagian daging
sapi yang lain sudah diambil oleh masyarakat penjajah Belanda.
https://id.wikipedia.org/wiki/Soto_
5. Sayur besan
Sayur besan adalah masakan khas
Indonesia. Masakan ini dikenal di kalangan masyarakat
Betawi.
Keberadaan sayur ini mulai langka karena selain bahan utamanya yang
tidak mudah didapat, jarang ada warung Betawi yang menyajikan menu
masakan tradisional ini.
Sesuai dengan namanya, sayur besan mengisyaratkan hubungan yang erat kaitannya dengan besanan. Besanan dalam
bahasa Betawi bermakna
pernikahan.
Bagi masyarakat Betawi, masakan ini tidak hanya berperan sebagai
pelengkap menu makanan, tetapi memiliki simbol dan makna tertentu dalam
upacara adat.
Sayur ini disebut sayur besan karena merupakan menu wajib dan tergolong
istimewa di acara pernikahan adat Betawi. Sayur besan sering disajikan
saat acara pernikahan atau pertemuan antarbesan. Menu ini melambangkan
pengormatan terhadap orang tua mempelai.
Pada zaman dahulu, terutama di masyarakat Betawi tradisional, orang tua
pengantin pria baru boleh berkunjung ke rumah orang tua pengantin wanita
setelah pesta pernikahan selesai. Keluarga dari pihak lelaki akan
membawa sayur besan untuk diberikan kepada keluarga si perempuan.
Menu ini menjadi bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi yang
melibatkan makanan khas. Seperti halnya roti buaya dan dodol, sayur
besan juga melambangkan harapan.
Sayur ini dijadikan antaran untuk besan. Butir-butir terubuk yang
menyatu menjadi bonggol melambangkan dua keluarga yang menyatu dalam
ikatan kekeluargaan lewat perkawinan.
Setelah akad nikah, rombongan dari pihak lelaki kembali ke rumah. Pihak
perempuan pun membekali mereka dengan bermacam-macam hidangan, seperti
ayam bekakak,
pesmol,semur daging, serundeng,
opor ayam, ketan kuning, kue talam udang, pepe, dan bugis.
Sayur besan adalah masakan berkuah santan yang berisi terubuk, kentang,
soun atau bihun, petai, dan ebi. Warnanya cenderung kekuningan, tetapi
berbeda dengan kari. Tambahan ebi atau terasi, membuat kuah sajian ini
memiliki rasa yang mirip laksa Betawi.
Begitu juga dengan petai yang menjadi campuran kuah sayur besan. Petai
ini bisa memberi aroma khas dan menggugah selera makan. Kunci kelezatan
sayur besan terdapat pada kuah dan tekstur sayur terubuk. Jika dimasak
dengan benar, rasanya akan gurih.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sayur_besan
6. Kue keranjang
Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam
dialek Hokkian Ti Kwe (甜棵), yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk
keranjang], adalah
kue yang terbuat dari
tepung ketan dan
gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan
tahun baru
Imlek,
walaupun tidak di Beijing pada suatu saat. Kue keranjang ini mulai
dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari
menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada
malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak
dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).
Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk
menyenangkan dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang
menyenangkan kepada raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te). Selain itu,
bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek
tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi
tahun yang akan datang.
Kue keranjang memiliki nama asli Nian Gao atau Ni-Kwe yang disebut juga
kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun
baru
Imlek. Di Jawa
Timur disebut sebagai kue keranja ng sebab dicetak dalam sebuah
"keranjang" bolong kecil, sedangkan di beberapa daerah di Jawa Barat ada
yang menyebutnya Dodol Cina untuk menunjukkan asal kue tersebut yaitu
Cina, walaupun ada beberapa kalangan yang merujuk pada suku pembuatnya, yaitu orang-orang
Tionghoa.
Sedangkan dalam dialek Hokkian, ti kwe berarti kue manis, yang
menyebabkan orang-orang tidak sulit menebak kalau kue ini rasanya manis
Di Cina terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu
menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan
agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.
Nian Gao, kata Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue (糕) dan
juga terdengar seperti kata tinggi (高), oleh sebab itu kue keranjang
sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue
yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki
atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue
keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue
keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian
atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak
dan mekar seperti kue mangkok.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kue_keranjang
7. Sup miso
Sup miso (味噌汁 miso shiru
?) adalah masakan Jepang berupa sup dengan bahan dasar
dashi ditambah isi sup berupa sedikit
makanan lautatau
sayur-sayuran, dan diberi
miso sebagai perasa. Sup miso dinikmati dengan mengangkat mangkok sup dan meminum kuahnya, sedangkan isi sup dimakan menggunakan
sumpit.
Pada umumnya sup miso dihidangkan bersama
nasi
putih sebagai menu sarapan pagi di banyak rumah-rumah di Jepang. Sup
miso biasanya dimakan di rumah, walapun ada juga sup miso yang
dihidangkan di warung atau restoran tradisional Jepang (ryotei). Sup
miso instan adalah sup miso dalam kemasan yang cukup diseduh dengan air
panas.
Sup miso merupakan masakan sangat sederhana yang sangat mudah disiapkan
dalam waktu singkat, bahan-bahannya pun hanya berupa kaldu dari
katsuobushi,
sedikit isi sup, dan miso. Walaupun sup miso adalah masakan paling
sederhana, rasa yang dihasilkan bisa berbeda-beda tergantung pada jenis
miso yang digunakan untuk sup, cara mengambil kaldu dari katsuobushi dan
keterampilan orang yang membuatnya.
Pada kebudayaan Jepang yang menjadikan
nasi atau nasi dari berbagai jenis
padi-padian sebagai
makanan
utama, sup miso mempunyai peran penting sebagai makanan pendamping yang
paling utama. Pada umumnya, makanan utama sehari-hari orang Jepang
sejak zaman dulu disebut 一汁一菜 (ichijū issai
?) yakni satu set berupa nasi dengan sup seperti sup miso dan satu jenis lauk.
Konon sup miso sudah dikenal orang Jepang sejak
zaman Muromachi.
Pada mulanya sup miso adalah makanan kampung yang dinikmati oleh
petani, tetapi kemudian menyebar ke berbagai lapisan masyarakat di
seluruh Jepang menjadi menu yang tak boleh ketinggalan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sup_miso
8. Okonomiyaki
Okonomiyaki (お好み焼き
?) adalah
makanan Jepang dengan bahan
tepung terigu yang diencerkan dengan
air atau
dashi, ditambah
kol,
telur ayam,
makanan laut atau daging babi dan digoreng di atas penggorengan datar yang disebut teppan.
Okonomiyaki adalah salah satu jenis masakan
teppanyaki
yang bisa dimakan begitu saja atau sebagai lauk teman nasi putih.
Okonomiyaki sering dimakan dngan sendok datar yang disebut kote (hera)
yang juga berfungsi sebagai
sodet sewaktu membalik okonomiyaki.
Dalam
bahasa Jepang,
okonomi berarti "suka-suka" (yang disuka, yang diinginkan) dan yaki
berarti "panggang" (istilah "goreng" hanya digunakan di Jepang bila
makanan digoreng dengan minyak yang sangat banyak). Sesuai dengan
namanya, lapisan atas (topping) okonomiyaki bisa disesuaikan dengan
selera orang yang mau memakan.
Berdasarkan cara pembuatan dan bahan yang digunakan, okonomiyaki dibagi menjadi dua jenis:
· Okonomiyaki ala Kansai
irisan kol dicampur dengan adonan seperti sewaktu membuat
puyonghai
· Okonomiyaki ala
Hiroshima (Hiroshimayaki)
irisan kol hanya diletakkan di atas adonan yang dilebarkan di atas penggoreng seperti sewaktu membuat
panekuk.
Tepung okonomiyaki siap pakai sudah mengandung
baking powder,
garam dan
dashi
agar okonomiyaki yang dihasilkan tidak keras. Parutan sejenis umbi
bernama yamaimo sering ditambahkan ke dalam adonan okonomiyaki agar
okonomiyaki menjadi lebih enak.
Okonomiyaki berasal dari
makanan ringan bernama
Funoyaki berupa adonan dari terigu dan air yang digoreng. Di era
Meiji, makanan ringan yang disebut
Dondonyaki merupakan perkembangan funoyaki dengan tambahan
nori,
sosis ikan dengan bumbu
saus dan digulung dengan
sumpit sekali pakai. Di era
Showa, dondonyaki berkembang menjadi
Kyabetsuyaki yang menggunakan
saus uster. Di
Tokyo, dondonyaki berubah bentuk menjadi goreng adonan tepung encer di atas teppan yang disebut
Monjayaki. Okonomiyaki seperti yang ada sekarang di daerah Kansai dan Hiroshima merupakan bentuk mutakhir dari Kyabetsuyaki.
Menurut cerita yang tidak jelas asal-usulnya, okonomiyaki diciptakan
pelaut angkatan laut Jepang yang mengaduk-aduk tepung terigu di kota
Kure,
Prefektur Hiroshima karena ingin makan
pizza seperti yang pernah dimakannya di
Italia. Pelaut yang menciptakan okonomiyaki pulang ke tempat asalnya di Osaka untuk memperkenalkan okonomiyaki di daerah Kansai.
https://id.wikipedia.org/wiki/Okonomiyaki
9. Dorayaki
Dorayaki (どらやき。銅鑼焼き、ドラ焼き
?) adalah
kue yang berasal dari
Jepang. Dorayaki termasuk ke dalam golongan kue tradisional Jepang (
wagashi). Kue ini bentuknya bundar sedikit tembam, dibuat dari dua lembar
panekuk yang direkatkan dengan
selai kacang merah. Dorayaki memiliki tekstur lembut dan mirip
castella karena adonan diberi
madu. Dorayaki hampir serupa dengan
imagawayaki, namun berbeda bentuk dan cara memanggang.
Di Indonesia, kue ini mulai diperkenalkan bersamaan dengan diputarnya seri anime
Doraemon
di televisi. Tokoh Doraemon mempunyai kegemaran makan kue dorayaki.
Dorayaki di Indonesia sudah disesuaikan dengan selera lokal, antara lain
dorayaki berisi
cokelat atau
keju.
Pada mulanya, Dorayaki hanya terdiri dari satu lembar kue bundar dengan pinggiran yang dilipat sedikit hingga berbentuk
segi empat. Di bagian tengah kue diberi selai
kacang azuki.
Pada tahun 1914, perusahaan kue Usagiya memperkenalkan dorayaki yang dibuat dari adonan
castella
dan terdiri dari dua lembar panekuk. Dorayaki yang terdiri dari dua
lembar panekuk dan berbentuk bundar kemudian menjadi populer di seluruh
Jepang. Di daerah
Kansai (
Osaka atau
Nara), kue ini juga dikenal dengan nama mikasa(三笠).
Kue ini diberi nama dorayaki karena bentuknya yang mirip
gong (bahasa Jepang: dora). Menurut cerita lain, samurai bernama
Saito Musashibo Benkei
adalah pencipta kue ini. Benkei menderita luka-luka dan harus dirawat
di rumah penduduk. Setelah sembuh, Benkei memanggang adonan dari
campuran air dan tepung terigu di atas gong.Hasilnya berupa kue bundar
berisi selai kacang merah yang diberikan kepada orang yang merawatnya
sebagai ucapan terima kasih.
https://id.wikipedia.org/wiki/
10. Onigiri
Onigiri (おにぎり, 御握り
?) (
bahasa Indonesia: nasi kepal) adalah nama Jepang untuk makanan berupa
nasi
yang dipadatkan sewaktu masih hangat sehingga berbentuk segitiga,
bulat, atau seperti karung beras. Dikenal juga dengan nama lain omusubi,
istilah yang kabarnya dulu digunakan kalangan wanita di istana kaisar
untuk menyebut onigiri. Onigiri dimakan dengan tangan, tidak memakai
sumpit.Onigiri juga dijual di toko kelontong di
Hong Kong,
daratan Cina,
Taiwan, dan
Korea Selatan. Dalam
bahasa Korea, makanan ini disebut "jumeok bap" (
Hangul: 주먹밥) atau "samgak
gimbap" (
Hangul: 삼각김밥), arti harfiah: "nasi kepal" atau "nasi segi tiga rumput laut"
Pada buku harian
Murasaki Shikibu Nikki dari
Murasaki Shikibu
pada abad ke-11 ditulis tentang orang memakan bola-bola nasi. Pada
waktu itu, onigiri disebut tonjiki dan sering dimakan pada piknik makan
siang. Pada tahun
1987 ditemukan gumpalan butiran nasi yang
terkarbonisasi peninggalan
zaman Yayoi dari penggalian
arkeologi yang dilakukan di
Prefektur Ishikawa.
Dari nasi berbentuk onigiri yang sudah terkarbonisasi tersebut
ditemukan sisa bekas ditekan-tekan jari tangan manusia. Selain itu, nasi
yang dibentuk mirip onigiri juga ditemukan di situs penggalian
Prefektur Kanagawa
https://id.wikipedia.org/wiki/Onigiri
Komentar
Posting Komentar